Lokasi Istana Kota Rebah Gersang

Lokasi Istana Kota Rebah Gersang

Menuju istana kota rebah yang pada masa kejaan Sultan Abdul Jalilsyah (1613-1677) dan perkembangan kota piring yang berada di lokasi tersebut juga berkembang pesat pada masa kejayaan Raja Haji Fisabillah (1777-1784) dengan mengembangkan kawasan Sungai Carang. Untuk menuju lokasi itu pada saat ini bisa melalui jalur darat dan laut. Melalui jalur darat untuk menuju lokasi tersebut melewati korem dan jalan menuju situs sejarah tersebut sebagian besar masih semak belukar dan juga tidak beraspal. Kawasan bekas Istana Kota Lama Rebah bangunan sis-sisa peninggalan sejarah tidak terawat. Berdasarkan pantauan Tanjungpinangpos, pohon ara menjulang di tengah-tengah bekas struktur sisa bangunan tembok setinggi sekitar tiga meter, terbuat dari krekel bauksit dicampur semen. Beberapa bagian tembok yang tersisa itu pun miring tidak karuan. Bahkan ada sisa bangunan yang rebah dikarenakan fondasi bangunan sisa masa kerjaaan Melayu terangkat akar pohon yang nampak hingga keluar tanah. Pada peresmian jembatan yang dijadikan lokasi sebagai kawasan hutan bakau. Walikota Tanjungpinang, Suryatati mengakui lokasi istana kota rebah gersang. ''Dulu masih banyak pohon-pohon yang menaungi lokasi ini, sekarang sudah sedikit pohon yang ada disekitar sini,'' ujar Tatik, sapaan Suryatati A Manan. Untuk itu, Tatik berharap akan ada penamaman kembali, baik pohon bakau maupun pohon-pohon yang ada disekitar kawasan istana kota rebah. Sebelum melakukan penanaman kembali, perlu dilakukan pengkajian agar tidak merusak situs sejarah atau cagar budaya pada masa kerajaan Melayu yang ada di kawasan tersebut. ''Ini harus dipelajari dan diperhatikan agar suasana di sini benar-benar alami dan tidak merusak situs sejarah. Karena itu harus dilakukan kajian terlebih dahulu,'' jelasnya. Tugas tersebut tidak hanya dibebankan pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Tanjungpinang saja, tetapi juga SKPD yang terkait, seperti Dinas Sumber Daya Alam dan lainnya. ''Lokasi ini juga harus dijaga jangan sampai ada lagi pohon yang ditebang dan juga merusak cagar budaya dan hutan bakau,'' ungkapnya. Diakui Tatik, sebagian besar masyarakat menjual arang dari pohon bakau, sebenarnya tidak ada masalah. Karena juga menghasilkan PAD. Namun dengan catatan harus dilakukan penanaman kembali. ''Misalnya ditebang beberapa pohon, ya harus dilakukan penanaman kembali. Jangan sampai jenis pohon bakau yang ada di Tanjungpinang berkurang dan punah,'' ucapnya. Jenis pohon bakau di Kota Tanjungpinang berjumlah 12 jenis dan salah satu jenis tidak terdapat di Bali. Sehingga menjadi salah satu keunggulan wisata hutan bakau yang ada di kota Tanjungpinang. Dimana jenis pohon bakau tersebut kalau malam selalu didatangi kunang-kunang. ''Binatang kunang-kunang pada masa ini susah ditemukan dan binatang itu masih bisa ditemukan di kota Tanjungpinang,'' ungkapnya. Tidak hanya binatang kunang-kunang saja yang setiap malam beterbangan di sekitar pohon bakau tetapi juga masih banyak binatang liar seperti monyet dan kera yang diperkirakan masih ada puluhan kera dan monyet yang hidup bebas dilokasi tersebut. ''Binatang tersebut tetap kita biarkan mereka bebas menikmati alam dan juga menjadi salah satu daya tarik untuk menghidupkan wisata yang ada,'' tukasnya. Publish in Tanjungpinang Newspaper on January 25,2010